LEMBAGA PERS MAHASISWA INSTIK ANNUQAYAH

Minggu, 01 April 2012

LPM Dinamika Jelajah Pers ke Malang

Husnul Khatimah Arief, PPA Latee II



Guluk-Guluk—Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dinamika Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) melakukan kunjungan pers (jelajah pers) ke dua kampus di kota Malang, yakni Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki), Kamis lalu (2/3). Perjalanan yang memakan waktu relatif singkat itu cukup memuaskan bagi para srikandi LPM Dinamika. Paling tidak, mereka sudah mengantongi banyak pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari dua kampus tersebut.

Jelajah pers adalah salah satu program kerja pengurus harian LPM Dinamika. Pada awalnya, pengurus harian mencanangkan tiga kampus di Malang untuk dijadikan objek Jelajah Pers, yaitu UB, UIN Maliki dan UM (Universitas Muhammadiyah). Setelah melakukan negosiasi dengan Purek III, Muhammad Husnan A. Nafi’, S. Ag., rencana untuk mendatangi tiga kampus sekaligus direkomendasikan oleh beliau.

Namun, dengan melalui berbagai pertimbangan panitia Jelajah Pers, salah satunya karena keterbatasan waktu, akhirnya panitia memutuskan hanya akan mendatangi dua kampus, yaitu UIN Maliki dan UB. Hal ini disampaikan oleh Muthmainnah Ja’far, ketua panitia Jelajah Pers, saat selesai melaksanakan rapat.

Dengan ditemani satu orang dosen dan staf di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Instika, yakni Fathurrahman Utsman, M. Pd. dan Warits Ilham, S. Pd. I, rombongan LPM Dinamika berangkat pada Rabu malam (1/3) ke kota Malang. Sekitar pukul 03.30 WIB, rombongan melepas lelah sejenak di masjid Sabilillah, Malang, sebelum berangkat ke dua kampus yang dituju.

Berbekal semangat dan ghirah kuat untuk menimba pengalaman dan pengetahuan di dua kampus ternama tersebut, rombongan mempersiapkan terlebih dahulu beragam pertanyaan yang akan ditanyakan terkait penerbitan & informasi, pelatihan & kaderisasi dan penelitian & pengembangan (Litbang).

Saat sinar mentari menyirami bumi, sekitar pukul 07.00 WIB, rombongan meneruskan perjalanan hingga tiba di kampus UB pada pukul 08.00 WIB. Rombongan sempat agak kebingungan ketika sampai di kampus yang luasnya berhektar-hektar tersebut. Namun akhirnya, rombongan sampai di kediaman aktivis LPM Kavling 10 setelah sebelumnya mencari tahu dimana tempat mereka berdiam.

Senyum hangat dari aktivis LPM Kavling 10 menyambut kedatangan rombongan Instika. Walaupun penyambutannya tampak sederhana, namun itu tidak mengurangi kekhidmatan berlangsungnya sharing. Berbagai program dan kegiatan yang dicanangkan aktivis LPM Kavling, baik yang terealisasi atau belum, mereka perkenalkan. Demikian juga dengan program LPM Dinamika, Siti Khairiyah, ketua LPM Dinamika, dengan rasa percaya diri mengenalkan beberapa program dan beberapa hal terkait LPM Dinamika selama masa kepemimpinannya.

Setelah take and give pengalaman dan wawasan memakan waktu sekitar 2 jam, rombongan LPM Dinamika melakukan observasi langsung ke tempat yang menjadi area kerja LPM Kavling 10. Kantor yang berukuran sekitar 3 x 3 m itu adalah tempat mereka menulis, berjuang dan merasakan suka-duka bersama. Dua komputer, white board, dan satu rak buku memenuhi ruangan yang relatif sempit itu. Aktivis LPM Dinamika yang berjumlah 14 orang mesti lapang dada duduk dalam keadaan berdesak-desakan.

Selain bertujuan untuk memperkaya wawasan tentang lembaga pers, Jelajah Pers ini dimaksudkan untuk membangun relasi dan network yang lebih luas. Mengingat, selama ini relasi LPM Dinamika terkesan masih sempit. Apalagi, hal ini sangat berpengaruh terhadap dinamisasi suatu lembaga. Target membangun jaringan ini akhirnya terjawab ketika Ali, ketua LPM Kafling 10, menyampaikan perihal PPMI (Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia). Ia memberi jalan bagaimana cara bergabung dengan organisasi nasional itu.

Perjalanan selanjutnya adalah menuju kampus UIN Maliki yang jaraknya tak jauh dari kampus UB. Sekitar 15 menit dari UB, rombongan sudah sampai di kampus yang mahasiswanya berjumlah sekitar 7.000 orang lebih itu. Tak jauh beda dengan sambutan aktivis LPM Kavling 10, aktivis LKP2M juga menyambut hangat kedatangan kami. Setelah melakukan proses perkenalan terlebih dahulu, Luthfi, Direktur LKP2M, mengenalkan beberapa program kerja lembaga yang saat ini dikelolanya. Tak banyak yang ia sampaikan terkait itu. Ia lebih memberi suplai semangat agar tim LPM Dinamika menunjukkan bahwa aktivis lembaga pers memang orang-orang pilihan yang bisa menulis. Sekali memasuki lembaga pers, maka konsekuensinya harus menulis.

Di UIN Maliki rombongan berdiam cukup lama. Setelah melakukan sharing dengan aktivis LKP2M, rombongan masih sempat “reuni-an” dengan beberapa alumni Annuqayah yang kuliah di sana.

Saat adzan Maghrib berkumandang, rombongan bersiap mengakhiri kegiatan dan segera meninggalkan kota Malang.

Mahasiswa Nongkrong di Bawah Pohon Siwalan

Kampus baru INSTIKA putri yang masih belum sempurna dibangun sudah ditempati mahasiswa hampir setahun yang lalu. Hal itu dikarenakan kurangnya gedung yang bisa ditempati oleh mahasiswa INSTIKA putri. Suasananya sangat sejuk dan kondusif karena terletak di atas bukit.
Namun sayang, di sana belum ada tempat strategis bagi mahasiswa untuk duduk santai. Hal ini mengharuskan mereka untuk duduk di tempat mana saja termasuk di bawah pohon siwalan. Istirahat di tempat itu bagi sebagian mahasiswa begitu nyaman. Seperti kemarin, Sabtu (24/09) kenyamanannya dirasakan oleh Hasanatin, mahasiswa semester III fakultas Syari’ah jurusan Mua’amalah. “Selain udaranya sejuk, saya bisa melihat keindahan bukit Lancharan. Jarang-jarang kan kita bisa menghirup udara bebas seperti di sini. Apalagi di bawah pohon siwalan. Pokoknya seneng deh!” katanya lalu tersenyum.
Beda halnya dengan penuturan Imtinanah, mahasiswa fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam, semester akhir, baginya duduk di bawah pohon siwalan justru tidak baik. Karena jaraknya dekat dengan jalan raya yang dilalui mahasiswa INSTIKA putra. Itu memberi kesan bahwa mahasiswa INSTIKA putri tidak bersikap muru’ah.”
Dia sangat berharap agar pihak INSTIKA segera menyelesaikan gedung baru INSTIKA putri beserta tempat istirahat yang strategis.
Menanggapi hal ini, Moh. Husnan A, Nafi’, Purek III INSTIKA, memang berusaha untuk mengatasai masalah ini. “Mahasiswa duduk di bawah pohon siwalan, itu masalah bagi kami. Dan ini sudah kami perbincangkan dalam rapat untuk mencari solusinya,” tegasnya. (Lif)

Teruskan Perjalanan

Berproses di LPM berarti sedag memetik cinta dan menebar wanginya pada siapa saja. Beberapa di antara organ kita berujar bahwa akal dan rasa tengah diasah saat mengantar hingga menjemput matahari seperti ungkap ketua LPM.
Tentu harapan terbesar saat ini adalah musim semi berlaku sepanjang masa di hati kita, para penulis yang ‘narsis’. Ya, Divisi B mewajibkan kita narsis dalam berkarya. Karena dengan begitu rumah kita akan kaya dengan karya-karya terbaik. Dan itulah yang sedang kita amalkan.
Ada banyak kerikil atau bahkan duri yang seringkali mengganggu langkah kita. Tapi itu sama sekali tidak buat tekat kita patah dan buntu, walau kaki telah luka hingga berdarah. Itu semua karena kita punya obat yang kita racik bersama.
Perjalanan ini masih panjang, sepanjang cita kita. Mari bersama teruskan perjalanan dengan warna pena kita masing-masing. Bila lelah, saat itulah butiran keringat memaknai gerak dan upaya kita dengan nilai juang.
Mari bersama kita dessigne rumah kita dengan pena dan cinta. Agar mereka percaya bahwa kita ada.(Fwz)

Peletusan Balon Tandakan ORDIK INSTIKA 2011 Resmi Dibuka

Pelaksanaan upacara pembukaan Orientasi Pendidikan Kampus (ORDIK) 2011 resmi dibuka dengan peletusan balon oleh Rektor INSTIKA, Selasa (13/09) kemarin. Upacara berjalan tertib dan disiplin. “Suasana cukup khidmat ketika sampai di acara mengheningkan cipta. Lagu paduan suaranya mantab,” komentar Fitriyah Qahar, mantan ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) yang dulu juga aktif di komunitas Paduan Suara Mahasiswa (PSM) INSTIKA putri.
Acara yang dimulai pada pukul 07.15 WIB dan selesai pada pukul 08.35 WIB itu bertempat di lapangan kampus II INSTIKA. Para pserta berbasis sesuai kelompok di bawah terop yang telah disiapkan panitia. Terop tersebut dimaksudkan sebagai antisipasi banyaknya peserta yang pingsan karena kepanasan.
Ironisnya, peserta tetap berjatuhan pada saat upacara berlangsung. Adapun peserta yang pingsan berjumlah 8 orang. “Alhamdulillah lancar, tapi yang namanya kendala pasi ada. Mari berikhtiar bersama semoga empat hari ke depan tak ada hambatan yang cukup berarti sehingga ORDIK ini bsa mencapai cita kita semua,” himbau Rosyifatul Ma’rifah, presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Institut (BEMI) INSTIKA 2011-2012.
Fitriyah juga menilai bahwa musibah pingsan itu merupakan kejadian yang lumrah. Tetapi lagi-lagi dia juga ingin menyambungkan syukur Rosyifah dengan beberapa kali mengucap hamdalah. Karena meurut penilaiannya, panitia bagian Time Keeper kali ini bekerja lumayan serius dan bagus. “Jadi waktu tidak molor. Mulai dan selesainya tepat waktu. Upacara berjalan sesuai yang diharapkan. Dan yang paling penting, nikmat sukses ini harus disyukuri berkali-kali,” tambah Fitriyah sambil tersenyum sebagai lambang syukurnya. (Uc)

Peserta ORDIK Tidak Sarapan, 6 Pingsan

Ada saja musibah yang menimpa dalam suatu acara. Begitu juga halnya dalam ORDIK INSTIKA Putri 2011. Eman peserta pingsan saat acara Latihan Kecakapan Baris-Berbaris (LKBB) di lapangan kampus II INSTIKA, Senin (12/09) kemarin.
Menurut Hosniya, panitia koordinator Pengobatan dan Kesehatan (P&K), kejadian tersebut diperkirakan karena peserta tidak sarapan. Sehingga enam peserta yang kelaparan tersebut jatuh pingsan. Menanggapi hal tersebut, dia hanya berkomentar singkat, “Aoleng, Coe! (dalam bahasa Indonesianya: pusing berputar-putar––Red),” ujarnya dengan raut lesu.
Sebenarnya, lanjut Shafiyah yang juga satu tim dengan Hosniyah, panitia memang siap dengan resiko apapun yang terjadi. Tetapi karena mereka sibuk dengan tugasnya masing-masing, P&K yang hanya berjumlah 4 orang tersebut kewalahan. “Itu bukan masalah yang runyam, karena kami memang bisa akupuntur. Otomatis kami bisa mengatasi masalah ini. Tetapi karena satu anggota kami sibuk di outdoor untuk melatih LKBB, kami kekurangan satu tenaga kerja,” ungkapnya.
Kemudian, saat dua dari enam yang pingsan sadar, Hosniyah dan Shofiyah mencoba bertanya sebab-musabab kejadian tersebut. Sehingga meski dalam keadaan lemah, Lailatun (18), mahasiswa asal Telaga, Ganding itu mengaku tidak sarapan karena takut terlambat.
Menanggapi hal tersebut, Hosniyah menghimbau kepada seluruh peserta ORDIK 2011 agar lima hari selanjutnya mereka harus sarapan. “Kita harus menjaga ketahanan tubuh. Sarapan itu penting,” pungkasnya. (Uc)

Mendung Sebentar, Panitia Berdebar

Guluk-Guluk¬¬¬¬¬––Cuaca mendung di Guluk-Guluk membuat resah panitia ORDIK 2011, Senin, (12/09) kemarin. Sekelompok panitia tampak dengan raut cemas karena takut mendung akan berlanjut hujan deras. Terlebih Inayatul Qudsiyah yang akrab dipanggil Ina, ketua panitia ordik 2011. “Sebenarnya kami sudah menyediakan tempat alternatif di aula kampus II INSTIKA, tetapi sepertinya tidak akan muat karena peserta ORDIK kali ini berjumlah 253,” ungkap Ina dengan logat khas Lentengnya.
Gerimis yang hadir di tengah-tengah acara tersebut hanya sebentar. Tetapi ketakutan panitia tidak segera hilang. Hal ini diungkapkan oleh Ifrazatus Saadah. Berkali-kali dia membaca ayat kursi dengan harapan hujan tak turun hari ini dan lima hari mendatang. “Kalau perlu saya mau ke K. Muqsit untuk minta sambungan do’a. Kasihan panitia bagian PDAT (Publikasi, Dokumentasi, Akomodasi, dan Transportasi––Red). Iya kalau di putra enak, bisa langsung pindah ke Aula Asy-Syarqawi. Tapi kalau di putri mau lari kemana?” paparnya.
Keresahan itu berkhir tujuh menit kemudian, karena cuaca berangsur-angsur cerah kembali. “Al-hamdulillah…” ucapan syukur itu terdengar dari salah satu protokoler yang tengah bertugas di lapangan, siti Aminah. (C-C)

Menjadi Pengurus LPM, Menjadi Artis!

Oleh: Nur Faizah

Salah seorang teman saya berkata, “al-Ghazali, WS. Rendra dan tokoh-tokoh berpengaruh yang lain dikenang jasa-jasanya karena mereka sudah pergi meninggalkan dunia untuk selamanya. Dari itulah mereka tercatat dalam sejarah. Seandainya mereka masih hidup sampai sekarang maka mungkin pembicaraan tentang mereka tidak akan sefenomenal saat ini”.
Pernyataan teman saya di atas, selalu saya jadikan cambuk untuk tetap bertahan di DPM Institut Ilmu Keislaman Annuqayah. Bagaimana bisa? Gak nyambung banget! Mungkin terlintas pertanyaan itu di benak pembaca LPM News. Ceritanya begini, tolong dibaca dengan baik.
Tiga tahun yang lalu, ketika saya baru merasakan menjadi mahasiswa, saya diperkenalkan dengan seorang senior yang waktu itu menjadi pengurus LPM Putra. Dia bertanya pada saya, “setelah kamu masuk kampus, kamu akan aktif dimana?” waktu itu saya masih belum mempunyai jawaban yang tepat karena yang ada dipikiran saya bukan organisasi intra kampus melainkan keinginan untuk belajar dan kuliah dengan baik. Masalah aktif di organisasi intern kampus, sejauh ia dapat membantu saya mengembangkan diri ke arah yang lebih baik saya akan memasukinya baik itu LPM, BEM ataupun DPM yang waktu itu saya belum banyak tahu tentang mereka. Di samping itu, kalau boleh jujur, saya adalah tipe orang yang kurang suka dengan organisasi.
Senior tersebut menganjurkan saya untuk masuk di LPM. Saya bertanya, ”kenapa dengan LPM? Dia menjawab” masuk di LPM, kamu akan jadi artis! Tegasnya waktu itu. Wow!!! Hebat dong! Singkat cerita, saya mulai aktif di kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pengurus LPM, waktu itu masih diketuai oleh Mbak Anna Zakiyah Hastriana. Mulai dari Diklat Jurnalistik Dasar, Kafe dan kajian Pers, dan di kesempatan inilah tulisan saya diberi nilai 80 oleh Ra Mustofa, Analisis Media dan sederet kegiatan LPM yang lain.
Tepat pada semester tiga, saya mulai masuk dalam struktur kepengurusan LPM. Dimulailah proses dan petualangan di LPM. Ada banyak hal baru tentang dunia jurnalistik yang membuat saya harus mulai mensyukuri keterlibatan saya di LPM. Nilai kebersamaan, nilai perjuangan dan pengorbanan ketika harus menangis berdua saja dengan bak Amie lantaran Dinamika edisi V mulai ditinggal oleh para kru. Namun pada akhirnya Dinamika bisa terbit dengan selamat karena perlahan-lahan sebagian kru mulai bangkit dan melangkah beriringan.
Nilai kebersamaan itu juga amat terasa ketika pengurus LPM dan kru Dinamika edisi VI hunting data ke kabupaten Bangkalan. Berpanas-panas dan mengerutkan kening di sepanjang sisi jembatan Suramadu. Tawa yang meledak ketika kita merasa lucu dengan nama pesantren tempat kita bermalam selama hunting data. Ah! Semuanya masih terekam jelas dan segar di benak saya.
Dan inilah korelasi dari paragraf pertama tulisan saya, mengapa saya mengatakan kata-kata teman saya dijadikan cambuk untuk tetap bertahan di DPM. Setelah dua tahun berproses dan merasakan pahit getir di LPM, menjelang pelaksanaan kongres IX KBM Putri INSTIKA, ada salah seorang ketua partai yang ingin menjadikan saya sebagai kandidat partainya untuk dicalonkan sebagai ketua DPM. Spontan saya langsung menolak. Alasan saya karena saya memang tidak banyak tahu tentang DPM. Terutama sekali, mana mungkin saya dapat meninggalkan cinta yang telah tercipta di LPM. Bukan hanya penolakan yang saya lakukan namun saya juga menyembunyikan semua persyaratan administrasi yang harus dilengkapi oleh ketua partai kepada tim pemilu, dalam hal ini adalah KHS dan NIMKO.
Entah bagaimana ceritanya, sekalipun saya menyembunyikan KHS dan NIMKO milik saya, mereka tetap mendapatkatkannya melalui pihak kampus. Nekat sekali, pikir saya waktu itu. Yah, pada akhirnya saya memang harus berpisah dengan teman-teman LPM. Jujur, setiap kali melihat pengurus LPM bersibuk ria dengan persiapan kegiatan Pekan Menulis, penerbitan LPM News ada sedikit rasa sakit yang menggores. Karena saya bukan lagi bagian dari mereka sekalipun secara fisik tetap bersama mereka.
Namun, tulisan ini bukan berarti saya akan mengesampingkan tugas dan tanggung jawab saya di DPM. Bagaimanapun juga, ini adalah kepercayaan dan amanat yang diberikan oleh teman-teman mahasiswa yang harus saya jalankan dengan baik. Sementara tidak semua orang mendapatkan kepercayaan ini. Secara struktural saya berada di kepengurusan DPM, namun jiwa saya tetap LPM. Semoga ketiadaan saya di strukur LPM menjadi bahan pertimbangan bagi pengurus LPM untuk mengingat masa-masa indah bersama saya. Seperti yang dikatakan teman saya bahwa wafatnya Al-Ghazali dan tokoh-tokoh lain yang membuat ia dikenang sepanjang sajarah. LPM is my creature home, I’m still loving you!